Wednesday, October 31, 2012

Sejarah Israel Itu Ada di Jenin


PEREMPUAN itu menghentikan para wartawan di luar rumah sakit. Saudarinya mengalami sesuatu, namun ia hanya berkata histeris, “Lihat apa yang dilakukan Sharon kepada kami. Amerika bersama Sharon, Inggris bersama Sharon.”
Sementara seorang ibu mengatakan ia mencari dua putranya yang mungkin sedang ditahan tentara Israel, mungkin di bawah reruntuhan.

Jenin, kota yang diguncang “gempa” pasukan Israel masih dijaga ketat, wartawan tak bisa masuk, orang Palestina kalau lewat ditembaki. Israel mengklaim telah meninggalkan kota itu. Orang Palestina harus merunduk menghindari tembakan ataupun merangkak menyelematkan korban kebrutalan Israel.

Ali Abu Salim (65) ditembak sepulang dari mencari cucunya di kampung sebelah. Ketika ia pulang tentara Israel menembak mobilnya, ia terkena tembakan di lengan dan supirnya Yasin Khalil kena di kepala. Anak Abu Salim, Mohammed, tewas sewaktu Israel menyerang kamp Jenin.

Baru 36 mayat bisa dikenali, kata direktur rumah sakit, Dr Mohammed Abu Ghali. Empat orang perempuan, seorang anak 13 tahun. Mayat-mayat itu terlah diambil pasukan Israel, kata warga. Belum jelas di mana mereka dikuburkan oleh tentara Israel. Hanya lima mayat diserahkan Israel ke rumah sakit, kata Abu Ghali.

Kamp yang lantak seperti gempa itu kini menjadi tempat pencarian mayat oleh warga Palestina, hanya dengan kaisan tangan dan sekop karena Israel tak membolehkan adanya alat pengangkut berat.

Murka lah, utusan PBB di Timteng, Terje Roed-Larsen. Ia katakan tempat itu “mengerikan tak bisa dipercaya.” Aksi Israel tak bisa dibenarkan, tak peduli dengan tujuan militer apapun, katanya tegas, karena Israel melarang aktivitas kemanusiaan, bahkan beberapa hari setelah semua jadi puing. “Jenin akan selamanya jadi noda dalam sejarah negara Israel,” katanya.

 Larsen murka lagi. “Ini benar-benar hancur, itu seperti sebuah gempa menghajarnya,” katanya. “Itu benar-benar tak bisa diterima dan mengerikan tak bisa dipercaya,” katanya kepada AFP.

Menjijikkan
”Adalah benar-benar tak bisa diterima bahwa pemerintah Israel selama 11 hari tidak membiarkan tim pencarian dan penyelamatan masuk. Ini secara moral menjijikkan,” kata Larsen, koordinator khusus PBB untuk Palestina yang diduduki.

”Saya melihat dua bersaudara menarik ayah mereka dari reruntuhan, bau tengik kematian mengerikan. Kami melihat seorang bocah laki 12 tahun digali, semuanya terbakar.

”Kami punya para pakar di siini yang pernah berada di zona perang dan gempa dan mereka mengatakan tak pernah mereka melihat segalanya seperti ini,” katanya.

Orang Palestina menggali lima orang yang selamat dari reruntuhan di kamp hancur itu, Kamis dan mengatakan mereka mendengar suara jeritan minta tolong, kata para saksimata.

”Kami menemukan lima orang, yang dibawa ke rumah sakit Jenin dengan kondisi sangat parah,” kata Naim Awais kepada Reuters di kamp, beberapa jam setelah tank Israel mundur, tapi meninggalkan para sniper.

Ada dua anak laki, seorang perempuan dan dua pria,” katanya tentang para warga yang masih hidup namun menderita luka bakar dan cedera lainnya. “Saya mendengar banyak orang meminta tolong, namun kami tak bisa melakukan apapun untuk mereka karena kami tak punya peralatan,” katanya, sebagaimana warga kamp menyodok puing dengan sekop.

Seorang pakar forensik independen mengatakan bukti-bukti menunjukkan bahwa pembantaian telah terjadi. Harian Inggris progresif, The Independen, dalam editorialnya, Jumat, mendesak pengusutan PBB terhadap pembantaian Jenin.

Setelah pasukan Israel mulai mundur dari Jenin, “adalah sangat vital bahwa tuduhan kejahatan yang dilakukan pasukan Israel diselidiki. Mereka harus diselidiki secepatnya dan lebih baik di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa,” kata editorial itu.

Ditambahkan oleh harian itu, “telah menjadi semakin jelas bahwa sesuatu mengerikan memang telah terjadi di sana. Opini Eropa mengakui horor potensi penuh” dalam situasi di Jenin itu.

Inggris: Israel Kelewatan
Israel menuai bala dengan kebiadabannya di Jenin. Mata dunia internasional mulai menyorot tragedi Jenin, meski media pro-Yahudi di seluruh dunia berusaha menutupi kebobrokan Zionis ini. Menlu Inggris Jack Straw yang berbicara di forum Komisi HAM PBB di Jenewa menuduh Israel menggunakan “kekuatan tak pantas dan kelewatan” ketika menyerbu Jenin. Straw mengatakan perlu penyelidikan internasional terhadap tuduhan kebrutalan Israel di Jenin.

Ia mendesak para penyelidik seharusnya diberikan kesempatan melihat apa yang terjadi di kamp pengungsi itu. “Ada kasus kuat bagi Israel untuk menjawab,” katanya. Dan, PBB meminta pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke kawasan Jenin, para diplomat di markas PBB mendebat resolusi Dewan Keamanan PBB yang keras terhadap Israel.

Peter Hansen, kepala badan bantuan PBB di Palestina UNRWA, senada dengan Larsen dengan kekejian Israel yang melarang petugas kemanusiaan membantu para korban selama 11 hari. “Ini di luar moral manusia untuk membiarkan ambulans, makanan, air berdiri di luar kamp,” katanya. Ia bekerja puluhan tahun membantu korban perang, namun tak ada yang separah yang dilakukan pemerintah Israel, yang melarang petugas kemanusiaan.

Tentara Israel juga menembaki klinik PBB di kamp, yang menjadi gudang vaksin. Ia juga terperangah melihat mayat-mayat diangkut dari reruntuhan termasuk seorang anak berusia 11 tahun.

 Hari Rabu, pekerja medis mengeluarkan mayat ibu tua dari atap dinding bangunan. Tiba-tiba, mayat itu menggelinding dari selimutnya ke jalan. Anak-anak yang melihatnya menjerit keras. Mayat-mayat bergelatakan di sisi gang, dan lalat serta cacing merangkak di atas sesosok mayat, sebelum petugas Bulan Sabit Merah menaruhnya ke tas plastik putih dan mengangkutnya ke trailer.

Inginkan Putra
Rory Macmilllan, pengacara Skotlandia, menyaksikan langsung horor di Jenin, dan kelompoknya berencana menuntut Israel. “Seorang anak berusia 15 tahun jatuh dekatku, meratap. Tangannya hancur, darah mengucur dan ibunya menjerit histeris. Ia terkena bom yang masih bergentayangan.

”Ini jauh lebih buruk dari gambar di TV. Tubuh-tubuh merangkak,” katanya. “Kami membawa makanan, air dan serbet, mencari pusat medis, katanya. “Seorang perempuan bersikeras, ‘Saya tak ingin minum atau makan. Saya hanya ingin putra saya.”

Kamp Jenin yang dicoraki flat gaya Mediterranian merupakan kamp dibangun PBB yang menampun keluarga Palestina dari Haifa pada 1948. Kini dua kali mereka harus jadi pengungsi lagi. Derrick Pounder mengatakan kamp itu dibinasakan secara sistematis dengan tembakan artileri darat dan helikopter Apache buatan AS. Terorisme Israel lewat cara menghalangi pekerja kemanusiaan masuk Jenin, juga membuat krisis air, makanan dan listrik selama dua pekan telah membuka mata internasional.

Kolonel Didi, yang mengomando tentara Israel di kamp itu mengatakan enteng soal korban Palestina. “Hingga kini kami mengeluarkan 25 mayat. Kami kira ada 80-100 mayat, kebanyakan jika bukan semua adalah teroris. Banyak jatuh korban di antara tentara kami karena kami bertindak seperti pasukan paling bermoral di dunia dan pasukan paling hati-hati di dunia. Namun ini adalah perang.”

Jenin akan jadi noda bagi riwayat hidup Zionis Israel. Tapi bagi Palestina, Jenin akan jadi legenda. “Kami mendambakan kembalinya tanah kami,” kata Mohammed. Kami akan menang akhirnya karena kami benar.” (afdhal)

19 Apr 02 15:45 WIB (Astaga.com/noda menjijikkan Israel itu ada di Jenin)