Friday, January 22, 2016

Aisyah... Little Angel in Heaven..

Assalamu'alaikum...

Sebenarnya agak berat untuk mulai menulis ini. Tapi seiring berjalannya waktu saya mulai bisa membiasakan diri untuk ini semua. Banyak juga yang bertanya tentang hal ini..

kenapa anak saya bisa meninggal?
kenapa anak saya tiba-tiba bisa kurang gerakan?
kenapa saya begini dan begitu?
kenapa saya tidak peka?
kenapa saya bla..bla..bla...

saya agak capek menjawab sebenarnya tapi disisi lain saya harus menjawab agar bisa menjadi pengalaman untuk calon-calon ibu lainnya diluar sana..

AISYAH FATIMAH MALE

Itu nama anak saya yang hidup hanya kurang lebih satu jam. Bahkan saat dia lahir hingga wafatnya saya hanya memeluk dia sekitar lima menit itupun saya harus menahan airmata saya, menahan sedih saya, menahan penyesalan saya, menahan segala rasa yang berkecamuk didalam diri saya.

Saya berada dititik NOL pada saat itu, Saat suami saya meng-iya-kan anak kami telah pergi selama-lamanya disitu saya merasakan dunia ini gelap dan runtuh. SEDIH. MENYESAL. KECEWA. MARAH!! Saya kemudian bertanya kepada Allah KENAPA SAYA? KENAPA HARUS SAYA? KENAPA BUKAN ORANG LAIN? KENAPA INI, KENAPA ITU, KENAPA SEMUA HARUS SEPERTI INI?!

Sesaat saya menyalahkan semua keadaan. Entah apa yang ada dipikiran saya saat itu. Jatuh airmata saya ketika saya melihat foto bayi kami. Cantik..putih bersih..rambutnya tebal..rambut halusnya tumbuh hingga ke wajahnya..jari-jarinya lentik.. Saya melihat dia seperti tidak ada kekurangan satu apapun dari tubuhnya. Begitu sempurnya engkau, anakku.. sampai Allah hanya mengizinkan kamu sesaat untuk dilihat.

Selasa, 21 Oktober 2015

Pagi itu..entah apa yang saya rasakan, Bayi di dalam perut saya tiba-tiba diam tanpa gerakan apapun. Sesaat saya membiarkannya. Saya melakukan aktivitas pagi saya seperti biasa, menyapu, beres-beres sebelum ke kampus, menyiapkan sarapan untuk suami saya, semua berjalan normal. Seperti hari-hari sebelumnya saat pagi memang bayi ini belum terlalu aktif untuk bergerak hingga saya mulai beraktivitas seperti biasanya. Tapi entah kenapa hingga siangnya dia sama sekali tidak bergerak. Biasanya saat makan siang dia mulai menendang uluhati saya tapi ini bahkan saya tidak bisa merasakan tendangan-tendangan kecil itu. Saya mulai minum teh, minum air putih, memperdengarkan Murrotal Qur'an, dan saat itu saya tidak punya pikiran buruk apapun tentang ini. Saya mulai browsing untuk mencari alasan kenapa bayi bisa tiba-tiba kurang gerakan, beberapa saat saya membaca ada yang bilang mungkin karena kita capek atau kita banyak pikiran, atau bayinya sedang tidur, atau begini dan begitu. Saya berpositif thinking tentang semuanya. Iya, mungkin bayinya sedang tidur karena beberapa hari sebelumnya saya capek dan banyak pikiran tentang ujian akhir S2 saya. Saya kembali beraktivitas seperti biasanya, saat waktu shalat ashar tiba saya shalat dan kemudian berbaring sambil mengajaknya berbicara dan kembali memperdengarkan Murrotal Qur'an tapi sama sekali tidak ada balasan. Disitu saya mulai panik, tapi saya berusaha tetap tenang sambil berpikir positif denga segala sesuatunya. Allah tidak mungkin memberikan saya hal yang akan memberatkan saya diakhirnya. Waktu maghrib pun tiba, saya coba menghubungi teman saya melalui BBM. Dia meyakinkan saya untuk segera ke dokter karena takut ada apa-apa nantinya. Saya meng-iya-kan usulannya dan langsung menghubungi dokter kandungan saya. Saat itu suami saya langsung down..saya juga mulai panik..dan dokter saya bilang harus sekarang ke Rumah Sakit untuk NST. Tanpa berpikir panjang kami langsung segera ke RS, sampai disana dilakukan NST dan hasilnya denyut jantungnya mulai melemah. Awalnya masih normal tapi lama kelamaan mulai turun hingga angka 90 dari awalnya 140. Saya mulai panik, bertanya ke susternya tapi susternya belum menjelaskan apapun hingga dokter tiba. Saya diberikan oksigen, disuruh miring ke kiri, tetap tenang dan berpikir positif tapi saat itu pikiran saya satu-satunya adalah anak kami. NST dilakukan sampai dua kali untuk memastikan, saat kedua kalinya denyut jantung bayinya masih tetap sama diangka 100.

Saat dokter tiba, langsung di lakukan USG dan karena melihat hasil NST yang terus turun dokterpun memutuskan untuk segera dilakukan operasi. Disitu saya mulai panik,..nafas saya naik turun tidak jelas..jantung saya rasanya berhenti berdetak sesaat.. Saya masih diam sambil menangis. Suami saya mencoba menenangkan saya dan menghubungi orangtua saya. Merekapun mencoba menenangkan saya melalui telpon. Saya pasrah dan berdoa semoga semua baik-baik saja. Dokter dan perawat semua mencoba menenangkan saya. Sampai akhirnya saya masuk diruang operasi.. kami hanya berdua..iya berdua..saya dan suami saya.. tanpa orangtua kami.. tanpa keluarga kami di Jogja..

23.35 WIB, saya masuk diruang operasi dan dokter melakukan semua prosedur. Badan saya gemetaran saat itu tapi saya harus bisa tetap stabil demi anak kami. Saya harus kuat walaupun nyawa saya yang harus jadi taruhan demi anak kami.

24.05 WIB, Aisyah lahir kedunia tanpa tangisan sedikitpun. Saya masih tetap berusaha tenang sambil sesekali menatap layar monitor denyut nadi dan tensi darah saya. Dokter Anastesi berusaha menenangkan saya sambil menyuruh sabar dan tetap tenang oeprasinya sebentar lagi selesai.

00.20 WIB, saya keluar dari ruang operasi tanpa melihat bayi saya. Saat saya keluar dari ruang operasi tidak ada suami saya disana. Saya bertanya ke perawat dan mereka hanya bilang kalau suami saya sedang diruang sebelah bersama bayi kami dan dokter.

Saya tetap tenang dan diam. Tidak ada tangisan apapun disana hingga saya masuk ke ruang kamar perawatan. Sesekali perawat masuk hanya memeriksa saya, saya bertanya terus tentang bayi saya dan mereka hanya menjawab "sabar ya bu, bayinya lagi diruangan atas". Sampai akhirnya suami saya masuk ke kamar dan saya pun bertanya dimana bayi saya? suami saya langsung menangis, saya pun berteriak saat itu juga bayi saya ya Allah... Kenapa Allah mengambilnya? kenapa harus saya ya Allah? saya ingin mati saat itu juga. Ibu mana yang ingin anaknya meninggal? walaupun cacat, walaupun kurang, apapun itu saya sudah pernah berjanji untuk menerima anak saya apapun kekurangannya.

Aisyah meninggal 01.10 wib. Rabu, 22 Oktober 2015 / 8 Muharram 1437 H.
Dia sempat hidup selama satu jam. Menurut dokter kandungan saya, penyebabnya bukanlah kelainan jantung karena dari awal bayinya sehat dengan detak jantung normal. Hanya saja dia telah banyak meminum airketuban yang sudah bercampur dengan kotorannya didalam perut. Entah apa yang membuat dia stress dan akhirnya mengeluarkan fesesnya didalam. Saat diruang operasi, salah satu dokter sempat menanyakan pada saya kalau saya sering minum jamu atau tidak, dan saya sama sekali tidak pernah minum jamu apapun saat hamil. Dia bertanya karena saat itu melihat airketuban saya yang sudah hampir hitam karena bercampur dengan kotoran bayinya. Dari hasil pemeriksaan lab, darah, jantung dan lainnya semua normal. Itulah Takdir Allah, semua luput dari penglihatan manusia karena memang Aisyah hanya punya umur sampai saat itu.

Suami saya yang melihat dia hingga akhir nafasnya. Hancur hati kami.. dunia gelap saat itu juga.. anak yang saya harapkan ternyata lebih dulu pergi bahkan sebelum dia merasakan kasih sayang kami...

Orangtua saya, mertua saya, saudara saya. semua mencoba menenangkan saya. Dengan tangisan, mereka bersyukur karena saya tidak begitu drop setelah operasi. Aba saya meng-iya-kan semua kemauan saya agar jenazah bayi saya dibawa pulang ke Sulawesi untuk dimakamkan disana karena saya tidak ingin dia disini sendirian..saya ingin tetap bisa melihatnya walaupun itu hanya gundukan tanah dengan batu nisan.

Saat itu saya mulai down, tapi saya harus tetap kuat. Iya saya harus kuat karena Allah masih memberikan saya kesempatan untuk hidup. Saya masih bisa punya anak lagi. Saya harus sehat. Saya harus sembuh dan tidak menambah beban suami dan keluarga saya. Saya tidak boleh menyalahkan Allah dengan semua ini. 

Orangtua saya mengatakan 
"kalau Allah itu tidak akan pernah ingkar dengan janji-Nya, Aisyah sudah bahagia disana dan dia yang akan menjemput orangtuanya kelak".  
"kalau ikhlas dan sabar, gantinya akan lebih indah dari sebelumnya". Meskipun bagi kami Aisyah tidak akan pernah ada gantinya.
"kita tidak akan pernah tau kalau anak itu hidup entah akan jadi apa, mungkin menyusahkan orangtuanya, mungkin sakit-sakitan, mungkin hanya akan menjadi aib buat keluarga, mungkin begini dan begitu" itu kata ibu saya. Dan memang benar, tidak akan ada yang tau akan seperti apa nanti jadinya. Satu-satunya adalah tetap berpikir positif dalam segala hal. Allah Maha Tahu segalanya.

Semua telah terjadi. Saat itu mulai ada penyesalan sedikit demi sedikit. 
Kalau saja saya pagi itu langsung ke RS, mungkin anak kami masih hidup.
Kalau saja saat saya jatuh pingsan seminggu sebelumnya saya langsung minta untuk di operasi, mungkin anak kami masih hidup.
Kalau saja saya begini dan begitu..mungkin jadinya tidak akan begini..

Malam sebelumnya saya tidak bisa tidur seperti biasanya. Bayi diperut saya terus bergerak aktif, saya bermain dengannya..dan ternyata itu terakhir kalinya saya merasakan gerakannya di dalam perut saya.. saya punya firasat yang tidak enak saat itu, entah apa.. saya berpikir kalau Aba saya sakit tapi Ibu saya tidak memberitahukan pada saya, karena biasanya seperti itu dan beberapa hari sebelumnya orangtua saya tidak menghubungi saya. Tapi ternyata..firasatnya adalah saya yang harus mengikhlaskan anak saya ke surga..

Allah lebih tau semuanya. Saya hanyalah manusia yang bisa berencana seperti ini dan itu, tapi tetap saja rencana Allah jauh lebih indah.. Ini adalah ujian. Allah begitu sayang kepada saya dan suami saya. Allah begitu ingin melihat kesabaran saya dan suami saya. Ujian ini mungkin tidak ada apa-apanya dibanding ujian Allah lainnya kepada manusia lainnya.

Aisyah...
Tiga bulan telah berlalu sayang...
Semoga kamu disana bahagia anakku.. berkumpul dengan umat-umat pilihan Allah yang suci..
Kamu hadiah ulangtahun terindah Ibu sepanjang hidup Ibu..
Kamu menjadikan hidup Ibu sempurna sebagai wanita,.
Kamu memberikan warna baru dalam hidup Ibu selama 36 minggu terakhir..
Kamu memberikan Ibu semangat untuk ujian menyelesaikan pendidikan S2 Ibu..
Kamu kebahagiaan Ibu dan Aba..
Do'a kami selalu untukmu disana..
Semoga ini airmata terakhir Ibu.. Ibu mengumpulkan kekuatan untuk kembali mengingat semua kejadian-kejadian saat kami harus kehilangan kamu selama-lamanya..
Berat rasanya, tapi inilah Takdir Allah..
Allah lebih mencintaimu..
Allah selalu punya rencana indah dibalik setiap airmata yang keluar..
Kami bersyukur setiap saatnya karena Allah masih mempercayakan kamu hadir ditengah-tengah kesepian kami sebagai pelengkap pernikahan kami...

With Love,
Muthia..

No comments: